Ps : Tulisan ini sebenarnya sempat gue take down beberapa menit setelah di up. Yah you know, takut di judge, takut dibilang durhaka wk dan takut dosa 😂 Tapi ya, yasudahlah. Gue angkat lagi ini tulisan!
Uhuk! Uhuk! (Batuk ceritanya😂) Ni blog kayaknya sawangan (read: sawangen. Dalam bahasa jawa kalo enggak salah mirip seperti ketika sebuah tempat yang banyak sarang laba-labanya karena lama nggak ditinggali) deh, banyak debu beterbangan di mana-mana, hehe. Mana kemarin sempat gue privasi dengan sebuah alasan yang nggak begitu make sense . So teman-teman, maaf gue belum bisa meninggalkan komentar di blog kalian. Kayaknya yang cuma tau alasan gue ini baru Kak Eno, karena walaupun hiatus beberapa minggu, gue masih sempatin untuk BW (seriusan, gue tetap main ke Kak Ady, Kak Lia, Kak Awl, Kak Rahul, Kak Reka juga, dan beberapa blogger lainnya, tapi cuma as a ghost aja gitu *maapkeun) dan kemarin menyapa Kak Eno di rumah barunya! (Email maksudnya 😆) So, yeah meski mungkin nggak terlalu penting tapi biarlah gue yang bak Aurora ini terbangun lalu menceritakan mimpinya.
Semua bermula sekitar tahun 2017, tahun dimana gue baru aja lulus SMP dan memasuki masa putih abu-abu. Kala itu, gue sebenarnya nggak ada niat untuk lanjut Sekolah Menengah Atas di sini, di kota yang gue tinggali sekarang. Waktu itu, gue masih di bawah asuhan bapak dan belum ada rencana migrasi ke rumah ibu. Bapak yang nglihat anak perempuannya lulus SMP langsung menawarkan untuk lanjut sekolah di luar kota di sebuah Boarding Islamic School gitu yang ala-ala pesantren, yang gue suka dari sekolah itu apalagi kalau mata pelajaran yang menggunakan English sebagai bahasa pengantarnya plus siswa disana juga belajar bahasa lain kayak Bahasa Jerman, Prancis, Arab juga! Waktu itu, udah sempat ngisi formulir pendaftaran dan tinggal tes aja gitu, tapi ibu yang belakangan nggak gue kabari tiba-tiba chatting dan langsung mengatakan ketidak setujuannya. Beliau bilang, gue masih terlalu kecil untuk dilepas sendirian.
Padahal, diantara anak-anak ibu, gue adalah anak yang paling mandiri dan paling sering kemana-mana sendiri. Pernah juga, waktu umur 11 tahun gue harus berangkat ke Salatiga sendirian dengan bus untuk lomba tingkat provinsi dan pada saat itu peserta kontingen lain didampingi oleh orang tua masing-masing. Gue inget banget gimana gue harus pakai baju adat sendirian, ngrapihin rambut gue pas mau ke panggung padahal saat itu banyak anak-anak seusia gue yang dibantu sama orang tua mereka. Di saat yang lain ke luar wisma buat cari oleh-oleh, gue cuma bolak-balik kamar, ke taman, ke kolam ikan, ke pendopo, udah gitu sendirian juga. Apakah gue sedih? Oh tentu tidak, mungkin karena gue pada dasarnya orang yang soliter , hal itu malah ngebikin gue senang dan nggak takut sama sekali.
Tapi beranjak dewasa, gue merasa orang tua gue terutama ibu semakin takut nglepas anaknya buat jauh. Padahal yang gue bilang sebelumnya, gue ini orang yang sangat suka kesendirian. Hal dimana gue punya ruang sendiri untuk bersama diri gue sendiri tanpa ada distraksi lain. Gue bisa mendengar nafas gue sendiri, langkah kaki yang pelan tapi sadar, dan sekarang gue menikmati gerakan jari gue yang menari di atas tuts-tuts keyboard. Bukankah semua orang punya space tersendiri di dalam dirinya? Bukan berarti ansos juga, gue akan bersosialisasi ketika gue siap dan tepat waktunya.
Kembali soal ibu gue yang nggak mengizinkan gue untuk lanjut SMA di luar kota, reaksi gue saat itu nangis. Si bapak juga nggak bisa apa-apa, dengan alasan bahwa gue anak mereka. Jadilah begitu sekelumit drama nggak penting ini.
Mungkin gue terlalu frontal mengemukakan sisi rapuh gue, tapi siapa juga yang mau pura-pura kuat. Akhirnya, tepat pada 10 Februari 2021, hari ini, gue menunaikan apa yang gue cita-citakan. Yakni, daftar di sebuah universitas luar negeri (makanya super sibuk sejak kemarin-kemarin, karena memang banyak banget persiapannya. Mulai dari dokumen yang harus diterjemahkan, tes toefl, surat rekomendasi, bukti gaji orang tua, sampai essay dan portofolio!). Motivasinya apa? Gue hanya ingin menantang diri gue sendiri untuk keluar dari bayang-bayang yang diciptakan orang tua gue, bahwa gue berani dan gue mampu mempertanggung jawabkan segala pilihan atas hidup gue. Dan maaf kalau dari teman-teman yang baca tulisan ini sebagai orang tua, ini hanyalah tulisan yang ditulis berdasarkan sisi anak.
Salahkah gue melakukan apa yang gue inginkan? Gue nggak mau hidup dengan penyesalan "Seandainya, gimana ya misal gue mengikuti apa kata hati gue? Dan memilih untuk yes apa aja permintaan orang tua" (dalam hal ini memilih mengubur apa yang gue inginkan) yang berujung dengan kebencian gue akan pilihan orang tua. No, I don't . Sebab mungkin juga gue merasa lelah untuk didikte, maka setelah selesai submit essay untuk daftar di universitas sana, I'm so relieved! Mungkin ini menjadi langkah kecil untuk berdiri dan mandiri atas pilihan sendiri. Apapun hasilnya, Tuhan sudah siapkan yang terbaik pasti. Maka schedule gue selanjutnya adalah tetap belajar untuk ujian masuk universitas dalam negeri.
Lagi-lagi, gue nggak mau ambil pusing entah gimana hasilnya. Yang gue lakukan cuma berusaha dan berdo'a tentunya. Kalaupun dari sekian banyak rencana yang gue buat meleset, gue harus yakin akan pilihan Tuhan. Bukankah kita tidak pernah bisa memilih dari rahim, suku bangsa, serta keluarga yang bagaimana kita dilahirkan? Sama seperti ketentuan di masa depan, pada akhirnya tetap Tuhan yang berkuasa atas segalanya. Kadang, sebagai manusia kita hanya kurang memahami maksud Tuhan.
Maaf untuk sebuah tulisan comeback yang panjang ini, terimakasih sudah mau membaca hingga akhir. Teman-teman, pernah dapat surprise apa dari Tuhan sebagai imbalan atas kepasrahan diri?
18 komentar
Wah akhirnya ada tulisan baru juga dari Syifa. Aku sempet bingung kemana pas liat blog kamu off aku langsung mikir “oh sepertinya pemilik blog sedang mempersiapkan sesuatu” 😁
ReplyDeleteKita sama-sama suka sendiri. Bahkan dirumah aja kalo cuma lagi berdua sama ibu dan aku seharian ada di space aku sendiri, ibuku suka bingung aku ngapain aja disana hohoho. Charging our self dengan cara yang berbeda-beda tiap orang✌🏻😃
Untuk diumur Syifa aku bisa relate dengan diriku yang dulu juga, dimana ada masa seorang anak enggan di dikte lagi, alias sudah punya keinginan dan tujuan sendiri. Bukannya durhaka, kalo kita bisa jelasin baik-baik ke orang tua dan meyakinkan mereka, kemungkinan mereka akan percaya sama kita. Dan betul usaha dan berdoa itu harus selalu berdampingan :)) well ya pada akhirnya kita sebagai anak juga harus tau dan paham gimana tanggapan orang tua soal keputusan akhir kita.
Betewe, aku hanya bisa mendoakan dan support syifa untuk cita-cita yang sedang syifa impikan. Good luck ya Syifaa..!!♥️
Waahh Kak Reka juga begitu ya ternyata?? Kak Reka sendiri bagaimana cara charging diri sendiri? Diam saja seperti semedi 😂 atau melakukan kegiatan?
DeleteIya Kak Reka, makasih ya! Semoga aku bisa menemukan jalan keluar atas masalah yang aku hadapi. Terimakasih atas doanya Kak Reka. 😂 Semoga Kak Reka sehat selalu ya ❤️❤️❤️
kalo aku random Syiif, tapi biasanya sih baca, dan kalo lagi baca gak mau di ganggu dulu, atau baca blog orang wkwkwk, ini suka bikin lupa waktu :DD
DeleteAamiin syifaa. terima kasih kembali yaaaa;3
Wahahah sama seperti aku, kalau sudah fokus ke suatu hal lupa sama waktu. Ga mau diganggu, persis begitu 🤣
DeleteSama-sama Kak Reka ❤️
Stay strong mba Syifa, you can do it! 🥳
ReplyDeleteBy the way, saya pun suka menikmati waktu seorang diri, karena itu bagian dari recharge diri saya ketika lelah dengan rutinitas sehari-hari 😂 Though ada si kesayangan standby, tapi interaksi kami pun nggak setiap menit setiap jam jadi masih ada space untuk tenggelam dengan apa yang ingin dikerjakan masing-masing 😁
Eniho, semangat untuk persiapan studinya, semoga lancar, bisa dapat sesuai apa yang mba Syifana harapkan. Dan semoga cita-cita untuk bisa mandiri tercapai, mba 😍 Semua dimulai dengan langkah pertama, salah satunya dengan coba submit dokumen seperti yang mba lakukan. Hehe. Good luck ya, mba masih sangat muda, jalan pun masih sangat panjang, apapun pilihan yang mba buat, saya yakin itu yang terbaik untuk mba 💕
Hehehe, menurutku justru bagus seperti itu Kak Eno. Kayak prangko dong nanti kalau setiap detik interaksi terus. Yang memiliki tubuh ya diri sendiri, capek pun pasti yang merasakan juga diri sendiri. Maka menurutku, penting sekali untuk "me time".
DeleteIya Kak Eno, yang Syifana lakukan mungkin belum seberapa. Tapi, itu saja sudah bikin aku senang kok. Terimakasih Kak Eno, atas kalimat positifnya, hehe. Semoga hal-hal baik juga kembali pada Kak Eno 💕💕💕
Hai syifa. Nyasar ke sini karena blog mbak eno 🤣
ReplyDeleteEeh, tulisan yang bagus. Aku suka bacanya..hehhee
Sebagai orang yang (mungkin) lebih tua dari kamu, aku suka dengan sikapmu yang mau menentukan pilihan. Apalagi berkaitan dengan pendidikan dan masa depan. Ga semua bisa menentukan pilihannya. Apalagi di umur yang masih muda dan banyak perjalanan yang mesti dilewati.
Kalau kamu memilih hal tersebut, silakan persiapkan diri kamu. Setidaknya sudaj berusaha dulu, nanti sisanya serahkan pada Tuhan dan semesta.
Ayo, semangaat ngeblog juga 😆😆🤣
Hola Kak Rivai! Ku pastikan untuk re-visit lagi ke blog Kakak! Terimakasih loh sudah meluangkan waktu ke sini.
DeleteSemoga aku selalu diberikan kesiapan baik tubuh, hati dan pikiran oleh Tuhan. Aamiin hahaha 🤣🤣🤣
Semangat juga untuk kakak. Aku harus belajar banyak juga dari Kak Rivai 🤭
Hi Syifa, welcome back 🥳🥳 gimana kabarmu sekarang? 😁
ReplyDeleteAnyway, aku malah senang membaca keputusan Syifa untuk belajar mandiri dan semoga orangtua Syifa juga bisa merasakan hal yang sama 😁. Yang penting ketika nanti jauh dari orangtua, jangan lupa untuk sering kabar-kabarin agar orangtua Syifa bisa lebih tenang dan percaya bahwa anaknya bisa mandiri 😁
Semoga Syifa bisa diterima di universitas yang Syifa inginkan 🙏🏻🙏🏻🙏🏻 semangattt selalu 🤗🤗
Waahh kabar baik Kak Lia! Semoga Kak Lia juga ya!!!
DeleteIya Kak Lia, meski nanti kalau pada akhirnya berjauhan pun tetap kabar itu nomor satu.
Aamiin.... Huhuhuhu, terimakasih ya Kak Lia! Semangat juga Kak Lia! ❤️
Syifanaaa.... waaah, semoga lancar ya urusan apply kuliah ke luar negerinya. Entah kenapa tapi aku selalu senang melihat orang-orang yang berjuang untuk apa yang diyakininya dan atas pilihan sendiri.
ReplyDeleteTapi, apapun yang terjadi di depan, in worst case... kamu harus tetap berkeyakinan kalo itu adalah yang terbaik untukmu, oleh karena itu, aku doakan jika itu yang terbaik, maka semoga dimudahkan segala urusannya yaa...
you are doing the right thing, you doing it.. and you are trying to make it happen. itu udah outstanding banget.
mungkin ketika aku seusiamu, boro-boro mikirin sekolah luar negeri, paling banter jg mikirin nyewa PS biar bisa maen semaleman, hahahadeuuuhhh..
Semangat ana!
Iya Kak Ady, terimakasih atas doanya. Ana juga hanya mencoba peruntungan. Hasilnya biar Tuhan yang menentukan.
DeleteHahahah 😂 main PS semaleman pernah Kak Ady? Matanya baik-baik aja kan?
Semangat juga ya Kak Ady 😊
Saya pernah nulis komen, ternyata ngga ke publish. Ha ha ha.
ReplyDeleteUntuk urusan me time, semua orang memang punya hak untuk itu. Kak Jane cukup sering menyinggung hal ini. Dulu pas kecil, hal yang paling saya suka adalah ketika orang rumah pergi dan tinggal saya sendiri di rumah. Rasanya kayak film Home Alone 😆
Agak serius sedikit, bukan tidak mau men-support Syifana, tapi berjuang dengan restu Ibu itu lebih baik. Saya mengambil jurusan tanpa mendiskusikannya ke Mama saya, ia kecewa berat saat itu. Meski sekarang sudah tidak, itu jadi beban moril yang saya pikul.
Tapi itu tergantung preferensimu. Saya tidak tau keadaan dan kondisimu. Yang lebih tau dirimu yah cuma kamu sendiri. Fighting Syifana
Hehehe makasih Kak Rahul atas nasihatnya. Cuma masalah komunikasi aja ini.
DeleteSyukur kalau mama Kak Rahul sudah tidak kecewa dengan pilihan Kak Rahul. Semoga sukses menyertai Kak Rahul.
Fighting too Kak Rahul 😊
Halo, Mbak Syifa. Saya pembaca baru di blog Mbak ini (yang berkat komentar Mbak di blog-nya Mas Bayu saya jadi bisa membaca postingan ini). Aduh, rasanya saluuut banget mengerti perjuangan Mbak Syifa terutama dalam memperjuangkan keinginan dan kehendak sendiri yang, jujur, kalau menilik diri saya sendiri, kayanya saya masih belums sanggup buat meniru langkah Mbak Syifa. Takut sih iya, tetapi selain itu saya juga tipenya yang malahan nggak bisa jauh dari keluarga. Kuliah pun saya jalani di universitas negeri dekat rumah demi bisa terus bareng-bareng dengan orang tua dan saudara saya. Tapi, terkadang saya suka berandai-andai nih, Mbak Syifa. Aduh, andai saya lebih berani buat walking out of my comfort zone, kira-kira saya udah di mana ya, sekarang? Apakah di Koriyah sana? Atau di Finlandia? Di Mars juga mungkin seperti kampung halamannya Mbak Syifa? Hahahaha, saya malah jadi ngelantur ke mana-mana. Anywaaay, semangat buat pendaftaran kuliahnya ya, Mbak Syifa. Mudah-mudahan lancar sampai tahap terakhir dan Mbak Syifa mendapat hasil yang diharapkan. Good luck!
ReplyDeleteHai Kak Ila? Iya, manggilnya Kak Ila ya? Atau siapa? Heheheh 😂 Terimakasih sudah mampir kesini. Terimakasih sekali ya pokoknya! Nanti Syifana main-main deh ke blog Kakak.
DeleteTerimakasih juga ya doanya, Kak. Aamiin, semoga diijabah sama Tuhan. 😇
Sebenarnya, aku sendiri orang yang selalu tertantang untuk melakukan banyak hal baru. Apalagi kalau itu memacu adrenalinku, hahaha 😂 Jadi, ya seperti itulah Kak.
Setiap orang tentu beda-beda Kak Ila, ada yang suka di comfort zone, ada yang juga yang suka keluar dari sana. Tidak ada yang hal yang jadi tolak ukur pembenarannya. Karena balik lagi, setiap manusia punya preferensinya masing-masing.
Aku mewakili kampung halamanku, Mars mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya. Semoga Kak Ila, selalu dilindungi oleh Tuhan dan bahagia selalu. Heheheh. 😂
Hi Syifa! Salam kenal yaa sebelumnya (: perasaanku kemarin pas baca tulisan ini udah ninggalin komentar, ternyata belum yaa hauahaha
ReplyDeleteTau nggak sihhh, I wish aku punya keberanian seperti kamu di usia yang sama dulu. That's a brave step lho dengan kamu menantang diri sendiri untuk menjalani pilihan hidup kamu sendiri, and I think that was a right thing to do. Aku teringat dengan salah satu bab di buku "You Do You", tentang gimana caranya membuktikan pada orangtua kalau kita tuh ingin menjalani pilihan sendiri. Yang kamu lakukan itu tepat banget. Justru saat kita bisa bertanggung jawab dengan pilihan sendiri, secara langsung kita membuktikan kedewasaan kita, dan pada akhirnya orangtua akan merasakan keseriusan yang kita.
Keputusan kamu untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin udah oke banget. And as you said: we do our best, God do the rest.
So, SEMANGAT YAA SYIFAAA! Duh, aku ikutan excited lho rasanya, apalagi pas bagian kamu submit-submit dokumen pendaftaran kuliah XD GOOD LUCK YA! ❤
Hola Kak Jane! Salam kenal juga hehehe 😂😂😂 Mungkin pagenya error 🤔
DeleteTerimakasih Kak Jane, nanti aku mau coba baca bukunya deh, semoga dapet. Jadi penasaran, hm. Aku justru malah sempat bingung mau diapakan hidupku,hahaha. Kalau boleh dibilang, aku mungkin sedang mencoba mendobrak my limit Kak Jane.
Iya betul Kak Jane, semua selalu dikembalikan ke Tuhan. Apapun itu, harus percaya yang terbaik punya Tuhan.
Iya Kak Jane semangat juga ya... hehehe, makasih banget Kak Jane. ❤️