What Do You Want To Be?

Hey, this is me Syifana. Enggak ada alasan pasti kenapa gue suka ngilang gitu tiba-tiba entah dari social media atau blog sekalipun. But, kalau boleh gue bilang inilah cara gue menarik diri untuk recharge diri sendiri. Tipe introvert sejati haha 🤣

Well, mungkin faktor masih dealing dengan "gue mau jadi apa" dalam tatanan masyarakat jadi salah satu pemicu kenapa gue suka mendadak bingung. Pasalnya, nggak ada hal spesifik yang gue banget karena semua hal suka gue coba. Pun kalau ada hal yang gue bisa, I think that is just basic skill which is everyone can do it. 

Dulu banget, waktu TK cita-cita gue ingin jadi bidan. Terus waktu SD pas ditanya guru di depan kelas, gue bilang "Mau jadi Pramugari Bu, kalau nggak Ilmuwan" . Lol 🤣 Setelah SMP mendadak jiwa melankolis gue makin bertambah pesat dan entah kenapa pikiran untuk jadi penulis bersemayam di benak gue. Waktu SMP gue gencar banget ikutan lomba nulis gitu, but yeah makin kesini gue merasa kayaknya menulis cuma hobi aja. Haha 😁

Lalu SMA gue ingin jadi diplomat, karena ketagihan lomba debat Bahasa Inggris. Terus, tiba-tiba keinginan itu berubah pengin jadi psikolog seiring dengan gue yang mengalami fase kurang mengenakkan selama SMA. Ceritanya pengin menolong diri sendiri dan orang lain haha. Tapi salah satu temen dekat gue ngotot, bilang kalau "baiknya jadi penulis aja deh, Sip". Oke, thanks. 🙂

Gue rasa bener banget, manusia itu dinamis. Kalau nggak dinamis nggak bisa survive dong, ya kan? Selama masa gap year, gue juga sempat kepikiran ingin jadi jurnalis! Bahkan waktu wawancara buat volunteer gue bilang gue ingin ambil jurusan jurnalistik nanti pas kuliah. Haha 🤣 Masih confused juga, gue ada niatan ingin jadi interpreter Bahasa Korea. Lalu, ke salah satu temen Korea, gue ceritainlah kegalauan gue. Dia bilang "Gue tau lo kok, gue tau lo cuma pengin bisa Bahasa Korea aja. Dan gue rasa lo bisa belajar bahasa Korea disela-sela waktu senggang, dan prefer ambil prodi lain aja yang jauh lebih cocok,". In that time I was like bener juga sih, gue nyaman aja selama ini belajar Bakor ditemani doi, yang kadang gemas juga karena progres belajar bahasa gue tuh lama banget ningkatnya. ✌️ 

Belum selesai disitu, sebelum ujian SBMPTN gue sempat hectic cari beberapa kampus pariwisata! 🤣 Pariwisata beneran jadi pilihan last minute gue yang sama sekali nggak nyambung sejujurnya. Entah jin tomang mana yang merasuki gue, gue sudah contact administrator tiap kampus dan gue bilang gue ingin daftar untuk 2021 ini. Hahaha absurd banget gue memang 🤣 

Singkatnya, setelah gue menyiapkan pilihan cadangan, gue tinggal berserah mau dibawa kemana takdir gue ini. Di ruang ujian, sambil ngerjain soal yang susahnya nggak ketulungan, dalam hati gue cuma bilang, "tenang aja, ga lolos bukan jalannya, ga lolos masih ada pariwisata". How really desperate I am 🤣

Waktu itu gue dapat sesi kedua, siang hari dan baru selesai tepat kumandang adzan Maghrib. Pulangnya, gue langsung ke penginapan dan yahh lega banget. Rasanya beban gue berkurang sedikit. Malam itu puas YouTube-an aja 🤣. 

Bulan Juni kemarin adalah pengumuman SBMPTN. Enggak tau kenapa, gue biasa aja sama hal itu. Mungkin udah ada di tahap yang ya udah mau gimana terserah, gue pun nggak begitu excited.

Jangan bayangin reaksi muka gue kayak apa pas itu. Jauh banget kayak video-video TikTok yang berkaca-kaca apalagi histeris. Pada saat itu, gue buka pengumuman sendirian. Server yang overload makin bikin gue males. Setelah berulangkali refresh halaman minor, gue pun take photo layar laptop dan gue send ke teman gue yang udah duluan lolos tahun lalu. Dia bilang, gue lolos. Oke, kelar. 

Bukan universitas yang Woooww banget memang, tapi lolos di PTN dengan prodi dengan peminat 1700+ orang, dengan kuota diterima hanya 70an orang, itu adalah hal yang diluar nalar gue sebenarnya. Doa orang tua, dan teman-teman semua juga ikut berperan di sini. 

Lalu, menjawab mau jadi apa gue sebenarnya, yang jelas gue ingin berguna buat diri sendiri dan orang lain. Kayaknya semua orang juga sama deh jawabannya. Bagi gue sendiri, orang yang bercita-cita sudah lebih dari berani. Baiknya lagi kalau berani merealisasikannya. Entah akhirnya tercapai atau tidak, proses menggapai mimpi, mengejar cita-cita itulah yang sebetulnya membentuk kita menjadi individu yang tangguh dan luar biasa.