It's Okay Let's Talk!

Semua bermula dari sebuah akun instagram bernama @itsokayletstalk. Gue nggak ingat kapan waktunya, tapi akun itu gue tahu dari iklan story di Instagram. Mungkin emang jadi kebiasaan gue yang selalu follow akun-akun tentang kesehatan mental, that's why akun itu mungkin menargetkan gue sebagai salah satu audience di antara ribuan akun lainnya.

Pertama, gue sekadar scroll aja ke bawah. Dan salah satu hal yang menarik dari akun itu adalah adanya wadah untuk bercerita bagi orang-orang yang merasa perlu membagikan cerita miliknya. Si pencerita selalu punya pilihan, apakah kisahnya mau dipubikasikan, atau tidak. Pemegang akun itu sendiri adalah seorang perempuan yang kini menjadi salah satu konselor di sekolah international di Jakarta.

Melihat beberapa cerita di publikasikan, gue sadar bahwa ternyata gue selama ini nggak sendiri. Ternyata, kehidupan yang kadang masih suka gue benci ini, memberikan banyak kejutan juga pada orang di luar sana. I'm not alone!

Dari sana, sebuah suara mendiami hati gue. "Oh, mungkin ini waktunya gue untuk didengarkan tanpa penghakiman. Mungkin ini saatnya gue berani pergi ke orang yang memang bisa membantu gue, bukan sekadar memberi ucapan SABAR ya..." Hehe.

Setelah gue berpikir, gue memang sepertinya butuh kesana. Saat pertama kali konseling, rasanya super nggak nyaman. Seperti ada hal yang nggak mau gue bagikan, dan ingin gue simpan, karena gue malu. Perasaan takut untuk bercerita itulah yang mungkin akan gue sembuhkan seiring bertumbuhnya diri gue. Gue nggak malas, gue hanya takut dan lebih tepatnya malu. Malu kalau gue ketahuan bahwa gue nggak sempurna. Malu kalau gue, si Syifana yang kelihatannya baik-baik aja ketika di sekolah, ternyata punya begitu banyak hal yang disimpan sendirian.

Lalu sepertinya, Tuhan menjawab pertanyaan gue. Lagi-lagi, lewat akun @itsokayletstalk gue mendapatkan tiket Give Away untuk ikut webinar TEDxUAJ. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan itu, hadirlah gue untuk menyaksikan lima speaker yang menurut gue luar biasa. Sangat luar biasa. Masing-masing dari mereka membicarakan tentang cerita hidupnya, bagaimana memandang ketidak sempurnaan itu menjadi hal yang indah. Bagaimana merubah perasaan luka itu dan memahami bahwa semuanya itu indah ternyata. Gue benar-benar bersyukur diberi kesempatan kala itu.

Amanda, salah satu pembicara dalam sesi itu mengatakan bahwa setiap manusia adalah buku. Dimana buku itu terdiri dari banyak halaman yang mengisahkan banyak kejadian baik suka maupun duka. Kadang, adakala halaman yang menurut kita nggak baik itu ingin kita hapuskan. Kalau perlu nggak pernah ada dalam buku kehidupan kita. Tapi tanpa halaman-halaman itu, kisah kita nggak akan lengkap. Sama seperti manusia, pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan itulah yang nantinya akan membentuk kita untuk menjadi manusia yang utuh.

Senada dengan Amanda, Julischa pemilik akun @itsokayletstalk yang pada hari itu juga jadi pembicara mengatakan bahwa tidak apa-apa untuk menerima perasaan sedih, duka, marah, bahagia, dan perasaan lainnya yang tumbuh di dalam diri kita. Tidak apa-apa untuk merangkul segala kelemahan kita, karena kelemahan kita itulah yang justru menjadi penguat kita. 

***

Di salah satu sesi konseling, psikolog gue bilang "Syifa, ternyata kamu ini kuat loh. Kamu kuat ini... Coba lihat, kamu bisa ada di sini ngomong sama saya sekarang, itu berarti kamu kuat. Coba, di luar sana belum tentu anak-anak lain yang mengalami hal serupa seperti kamu bisa tetap seperti kamu yang sekarang. Kamu sudah pintar, baik, nggak nakal pula. Betul, kan?"

Yang gue lakukan hanya menangis dan menangis. Ada kalanya di sela-sela konseling gue nggak mampu untuk melanjutkan perkataan saking beratnya dan rasa sakit yang gue rasakan. But, psikolog gue bilang bahwa nggak apa-apa untuk pelan-pelan aja. 

Belakangan, ketika gue scroll blog gue ke bawah, ada satu tulisan blog yang terdahulu dimana isinya keluhan gue. Tulisan itu tulisan dari 2019, berbahasa Inggris dimana seratus persen grammarnya sungguh acakadut. Hahahah... Kalau teman-teman mau melihat tulisan itu, baca Breath ini. 

Dari situ, gue sadar. Ternyata dari dulu gue nggak betul-betul ingin menyerah. Kejadian ketika gue menyakiti diri sendiri dan percobaan untuk melenyapkan diri sendiri terjadi ketika gue merasa bahwa gue sendirian. Tapi sekarang, gue berdiri di tahun 2021, gue punya teman-teman blogger yang sangat baik dan punya blog ini yang gue ibaratkan seperti rumah gue sendiri. Dan satu yang paling penting, gue bangga ke diri gue sendiri yang berhasil melewati setiap fase dalam kehidupan gue. 

Sebelum gue menutup tulisan kali ini, gue ingin ajak teman teman untuk dengerin salah satu podcast dari It's Okay Let's Talk!

8 komentar

  1. Thanks for this writing. :)

    Salam kenal,
    Grey.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hola Grey! Nice to knowing you. Thank you so much :)

      Delete
  2. Halo syifa, gimana kabarnya? :D
    Tulisan yang sangat bagus syifa :)

    Permasalahan bercerita ini menjadi sangat penting di era sekarang. Banyak orang menjadi sangat terbuka menjadi tempat bercerita bagi orang lain. Bahkan orang yang baru dikenal. Tapi hendaknya kita juga mesti belajar cara bercerita.

    Banyak org yg ingin cerita, tapi dia tidak tahu mesti mulai critanya dari mana. Jadi sangat beruntung ketika kamu bisa bercerita tentang permasalahanmu kepada orang yang tepat.
    Kamu hebat..!!

    Orang-orang emang perlu saling bercerita dan mendengarkan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah Kak Rivai! Makasih ya.. Hehe, iya betul karena nggak semua orang juga bisa menjadi pendengar yang baik. Jadi, kita pun harus pintar-pintar "menyesuaikan"

      Sehat selalu untuk Kak Rivai, ya...

      Delete
  3. Hai Syifana, apa kabar? Doa yg terbaik untuk kamu ya.
    Ngerti banget bagaimana perasaanmu. And I dont have any words for making you feel better. Jadi, pesanku jangan sungkan untuk minta bantuan ya, karena benar yg kamu tulis kalau terkadang kita butuh seseorang untuk diajak bicara, karena nggak enak kalau dipendam sendiri.

    Tetap semangat ya..
    Syifana hebat!! Dan Tuhan Maha Baik.😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hola Kak Andrew! Maaf banget nih baru bisa nyapa balik Kak Andrew.

      Siap Kak Andrew. Sehat selalu untuk Kak Andrew juga tentunya.

      Delete
  4. jadi inget beberapa hari lalu aku mau menghubungi psikolog, ehh belum sempet menghubungi, perasaanku udah agak membaik
    kalaupun aku ada masalah, kadang nggak semua muanya aku ceritakan ke temen atau ke sohib.
    berusaha instropeksi diri dan kalau mentok ya ujung ujunnya curhat juga

    semangatt syifa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Turut senang dengarnya Kak kalau sudah membaik :)

      Betul kak, kadang memang ada yang harus disimpan dan ada juga yang harus dibagi. Tapi kalau berat banget baiknya sih dibagi kak, untuk ngurangin beban seenggaknya. Itu sih yang aku pelajarin dari hal kemarin. Hehehe

      Semangat juga Kak Ainun!

      Delete