Gue baru aja selesai riset meski nggak dalem-dalem banget. Gue mencari tahu akan hal yang bikin gue agak kurang "sreg". Maklum, orang kaya gue ini, tipe kaya gue ini adalah orang yang demen banget mikir bahkan sampe berhari-hari. Gue bahkan bisa aja tuh mungkin lagi makan atau belajar atau ngapain, tapi pikiran gue fokus ke hal yang lain.
Anyway, gue agaknya mulai tercerahkan. Hahaha. Rasanyanya jadi seobjektif mungkin ternyata cukup menguras tenaga. Atau, bahkan banget! Apalagi sekarang, sangat-sangat mudah sebuah opini terbentuk. Sebenernya masalah ini tu kayak benang kusut yang susah banget diurai. Susah banget dijabarin. Aduh gue ngomong apasi :". Intinya gitu lah.
Mungkin yang jadi fokus gue adalah sejarah dan manusianya. Yap! Sejarah akan selalu ada dan meninggalkan bekas kan? Sejelek apapun, seburuk apapun, sekelam apapun sebuah sejarah, maka hal itu ya selamanya akan tetap jadi sejarah. Nah, tinggal bagaimana kita sebagai manusia memposisikan diri sendiri. Eventhough sejarah buruk itu mungkin bakal tetap exist tapi kita bisa mengontrol diri kita untuk selalu menggunakan akal dan logika kita.
Gue pernah bilang kan di tulisan blog gue sebelum-sebelumnya, bahwa manusia cenderung mengingat kesalahan atau keburukan orang lain tanpa pernah peduli kebaikan yang pernah orang itu lakukan. Mungkin itu juga yang bikin gue agak "ngeh", kenapa kita-kita ini gampang banget tergiring sebuah opini. Gue gak menampik kenyataan bahwa belang itu akan selalu ada karena beberapa kesalahan yang dilakukan masa silam. Tapi, yang gue sangat sayangkan adalah manusia yang dengan gampangnya melakukan judgment as they think that this world just black and white . Apa lo yakin kalau semua mantan narapidana itu akan melakukan kejahatan terus menerus? Apa lo yakin kalau semua transgender punya bad attitude?
Oke, gue nggak akan ambil contoh yang ekstrem. Tapi logika ini bisa lo aplikasikan ke setiap kejadian yang ada di hadapan lo. Setidaknya, lo belajar menganalisis suatu hal sebelum lo menghakimi sesuatu. Apalagi kalo inget bahwa kita cuma manusia, terus seenak jidat merendahkan manusia lainnya, rasanya pengen gue bejek aja tuh!
Contoh lainnya adalah ketika lo ngfans banget sama suatu klub sepak bola, lo terus pergi ke web-web yang isinya mengunggulkan klub kesayangan lo itu, lantas suatu saat lo menemukan artikel tentang klub kesayangan lo dicaci maki sama website sebelah. Apa reaksi lo? Marah? Ngamuk? Atau malah balik ngrendahin? Kalo kita bisa lebih mikir lagi, artikel itu dimuat dimana si empunya adalah orang yang nggak suka sama klub lo, maka harusnya kita bisa wajar dengan melihat kejadian itu tanpa perlu naik pitam. Di lain sisi ketika lo nglihat artikel dimana klub lo dipuji-puji, ya lo karena singgah ditempat dimana orang-orang suka sama hal itu.
Mau contoh lagi? Kemarin pas Pilpres 2019 inget? Btw gue ikutan nyoblos pas kemarin. Gue ngerti banget situasi politik di negeri ini yang chaos nya minta ampun. Hoax dimana-mana, penggiringan opini yang gampang banget terbentuk, saling serang di sosmed bahkan sampe ada aksi kekerasan. Cebong bilang kampret ga ada otak lah, kampret bilang cebong bisanya cuma halu lah dan masih banyak lagi hate speech yang berseliweran di lini masa yang gue temukan. Gue mengerti kenapa semua itu bisa terjadi. Gue disini fokusnya ke manusianya lho ya. Itu semua adalah karena kurangnya critical thinking yang kita miliki. Itu karena nggak independent nya kita saat menyikapi akan suatu permasalahan.
Kita jadi gampang banget ke trigger akan hal yang sebenarnya kalau mau dipikir lagi bener-bener lucu dan bisa dibilang nggak penting. Gue sampai masih inget, bahkan calon presiden masing-masing diulik sisi kehidupannya dan dijembrengin terang-terangan oleh beberapa oknum media yang nggak bertanggung jawab untuk kepentingan individualnya sendiri. Gue nggak perlu lah ya bilang di sini. Intinya, mereka dengan tanpa rasa bersalah menyebarkan informasi yang bahkan kebenarannya belum tentu adanya. Gue sangat menyayangkan hal itu. Sangat-sangat menyayangkan. Apa lo pernah mikir gimana dampak yang dihasilkan akibat berita yang tanpa sebuah base yang valid?
Hey bro mikir nggak sih, itu yang baca berita itu jutaan orang dan itu meracuni isi kepala mereka. Beruntung kalo yang baca berita otaknya masih dipake, lah kalo enggak? Asal main terima gitu aja tanpa berusaha koreksi kebenarannya? Gue nggak bisa bayangin itu lebih jauh lagi. Dan tau apa yang paling bikin gue miris? Seperti yang udah gue sebutin di atas, kenapa manusia dengan mudahnya menghakimi manusia yang lain? Padahal, mereka sendiri pun belum tentu seratus persen lurus hidupnya. Mereka yang suka mengeluarkan statement seolah-olah merekalah yang paling benar apakah nggak pernah mikir, bahwa mereka cuma manusia. CUMA MANUSIA!!!
Tulisan gue jadinya makin kemana-mana deh. Intinya itu yang pengin gue omongin. Pertama kita cuma manusia. Gue selalu bilang bahwa manusia itu makhluk terbatas, nggak sempurna. Kalo lo belum bisa paham sama yang gue omongin, mikir aja dulu ya, oke? Kedua, kita manusia ini kudunya bisa menggunakan nalar kita dengan sebaik mungkin, kita nggak boleh memandang suatu hal hanya dari satu sisi saja, yakni cara pandang kita. Kalo masih kaya gitu juga, selamanya mungkin bangsa ini masih dipenuhi oleh orang dengan tipe yang begitu-begitu aja. Last but not least Tuhan menciptakan dengan sebegitu banyaknya hal, buat apa? Buat memahami bahwa kita harus hidup berdampingan. Kalo lo nggak suka akan suatu hal, gampang aja. Nggak usah dilihat, nggak usah digubris, nggak usah diladeni. Jangan lo malah ikutan nyebarin hal yang nggak lo suka itu dan berusaha narik orang lain untuk ngbenci hal yang sama juga.
0 komentar