Menuju Sembilan Belas

Hai Syifana, terimakasih sudah mau bertahan sejauh ini. Terimakasih sudah mau berdiri meski kakimu kadang lelah dan tak sanggup. Syifana, hari demi hari berhasil kamu lalui. Tak ada hari yang lebih buruk, juga tak ada hari yang lebih baik. Sebab apa? Semua akan berlalu. 

Kamu dulu berpikir, bahwa mimpi dan cita-cita itu asal kita mau berusaha pasti tercapai. Tapi setelah melihat faktanya, bahwa hidup seringkali memberikan kejutan-kejutan yang tak terduga. Sekarang kamu mengerti kan, bahwa hidup itu bukan bagaimana kita berlari paling cepat, bukan bagaimana kita meraih paling banyak, bukan tentang siapa yang lebih beruntung. Tapi hidup, adalah apa dan bagaimana seharusnya kita berjalan. 

Anak-anak punya langkah kaki yang kecil, remaja selalu ingin cepat-cepat, saat dewasa sering merefleksikan sejauh mana langkahnya, lalu ketika tua rasanya kembali lebih lambat. Begitulah manusia. Semua fase itu memang demikian adanya. Tangis, tawa, sempurna, cacat, putus asa, semangat, cinta, pertengkaran, itu semua membuat manusia bertumbuh. 

Sembilan belas tentu angka yang masih muda. Sembilan belas adalah akhir dari masa remaja. Sembilan belas, gerbang menuju usia dewasa. Sembilan belas.

Apapun yang akan terjadi di depan, aku berdoa bahwa kamu akan tetap baik-baik saja. Bahwa kamu, selelah apapun jangan pernah untuk mencoba selesai. Kamu punya banyak hal yang bisa dilakukan. Menulis, vlog, baca buku, kamu masih punya hal-hal yang kamu sukai, kan? Jadi, sekali lagi kalau kamu merasa bahwa hidupmu sangat sulit, tolong ingat bahwa selama ini saat kamu jenuh akan kehidupan kamu menghabiskan waktumu dengan cara-cara tersebut. Dengan begitu kamu tetap masih hidup.

Syifana yang delapan belas tahun, selamat tinggal. Maaf ya kalau masih egois, maaf kalau masih sering berburuk sangka, maaf karena membebanimu dengan banyak pikiran dan pertanyaan. Maaf ya.

Dan untuk Syifana sembilan belas tahun, sampai bertemu di tahun depan. Semoga akan lebih banyak hal-hal baik yang datang ya... 

Aku mencintaimu, Syifana.