Perpisahan awalnya memang menakutkan. Tapi, bukankah itu hanya sekelumit dari penggalan fase kehidupan? Gue sudah pernah menemui perpisahan yang jauh lebih pahit dari hari ini, lalu kenapa gue masih membenci? Perpisahan ketika hari dimana orang tua gue tak lagi bersama. Bahkan sekelas orang menikah pun, perpisahan bisa saja terjadi. Perpisahan adalah hal yang mutlak dan setiap jiwa akan mengalaminya. Perpisahan dengan raga masing-masing.
Meski jika nantinya gue akan teringat dia beberapa waktu, tak apa gue akan menikmatinya. Nantinya, gue akan lupa seiring berjalannya penerimaan gue. Gue akan sembuh meski mungkin tak sepercaya dulu lagi. Gue akan berusaha tegar setelah apa yang dilakukan dia terhadap gue.
Gue nggak ingin menaruh benci kepada manusia. Gue nggak ingin sikap kompetitif gue muncul hanya karena satu manusia melukai hati gue. Bukankah manusia tempatnya salah?
Hari ini gue belajar cukup banyak, bahwa tak semua manusia bisa memahami arti perpisahan dengan baik dan benar. Meski tak ada perpisahan yang benar-benar baik-baik saja, kita semua masih ada harapan untuk tak berlarut dalam kesedihan. Masih ada kesempatan untuk berdamai dengan keadaan.
Semua manusia bisa marah, tapi tak semua bisa memaafkan. Dan gue, ingin jadi bagian dari orang yang memaafkan itu. Klise, tapi gue nggak ingin terus menerus membawa beban seumur hidup gue. Gue akan memaafkan, pelan tapi pasti.
Gue percaya, ada hikmah dari semua ini. Akan selalu ada pelajaran yang dapat diambil dari setiap peristiwa yang terjadi. Begitulah gue memaknai hidup ini. Kelak, gua akan tersenyum dengan segala keputusan yang telah gue ambil. 
0 komentar