Refleksi Akhir Maret - Pencarian yang Belum Selesai


Produktif banget kan? Bulan ini posting 7 kali. Sebelumnya plis, ga usah baca tulisan ini kalau ujung-ujungnya lu bakal ngasih statement ke gua yang super shallow. Gua ga butuh itu, makasih. Karena, ini bener hal yang sensitif banget especially di kalangan kita. Ga banyak orang yang bisa keep open menanggapi masalah ini. So, gua tekankan lagi, please keep open and don't judging me just by one side. Cause you know, everyone has their own background, and kehidupannya sendiri-sendiri. 

Mungkin ini tulisan bakal panjang, jadi kalian boleh sambil nyemil bacanya. Gua ga tau mau nulis dimana, tapi keinget gua punya blog yang bisa gua isi everything that I want. So, sekali lagi jangan baca tulisan ini kalau kalian ga siap nerima pendapat yang yaah mungkin lain daripada opini kalian selama ini. This is based on my experience.

Ini gua tulis murni karena gua mau, karena gua udah burden banget dan ujungnya gua malah ga jelas gini. I mean, I'm too over thinking about it. Malah ngganggu acara makan gua, belajar gua, dsb.  Oke, langsung aja.

Gua terlahir sebagai seorang muslim. Orang tua gua juga muslim kok sejak kecil. Menjadi muslim lantas ngebuat gua jadi tau dong ya kan tentang syariat-syariat Islam. Gua puasa, gua sholat, gua zakat, dll. Makin dewasa, gua makin sadar bahwa Islam adalah agama yang Indah. Islam mengajarkan perbedaan. Gua bersyukur dilahirkan sebagai seorang muslim dimana peraturan yang ada dibuat untuk melindungi gua sebagai manusia, meskipun gua sadar gua belum bisa menjadi seorang muslim yang baik. 

Tapi sekali lagi, manusia itu gampang berubah. Puncaknya, ketika gua umur 17 tahun kemarin, gua mengalami fase terparah dalam hidup gua, gua ga tau mungkin itu fase terdown dalam hidup gua. Gua sempet mau mengakhiri hidup gua dengan cara loncat dari rooftop sekolah. Gua beneran waktu itu udah siap dengan segala apapun, termasuk ketika nantinya gua gak diterima sama Tuhan. Gua udah nyerah banget, udah ga ada lagi harapan bagi gua untuk sekadar hidup yang baik-baik aja. Kalaupun gua nggak bahagia, waktu itu dipikiran gua seenggaknya gua bisa hidup dengan tenang. Pokoknya, kejadian itu beneran jadi titik balik kehidupan gua, dan gua gabakal lupa sama hal itu.

Seorang gua yang dikenal sebagai anak yang supel, cerewet, confident, gak bisa diem, hampir aja meregang nyawa karena kebodohannya sendiri. Ada satu hal yang sebelum gua loncat itu terngiang di kepala gua, "Gua belum ke Luar Negeri cuy! Gua belum liat salju!". Seketika kaki gua berhenti, gua nangis, gua beneran pengin nyerah banget, tapi ada sisi gua yang kala itu bilang kalau gua gak lemah, kalau gua masih bisa berdiri. 

Lupakan masalah gua yang pernah berniat untuk suicide. Yang terpenting sekarang, gua baik-baik aja dan lebih menerima diri gua apa adanya. Jauh sebelum gua ada niatan untuk suicide, gua udah lebih dulu jadi agnostik. Demi apapun, orang tua gua ga tau kalo gua gini. Gua udah gak agnostik pun sekarang baru cerita ke temen-temen terdekat gua. Waktu itu, beneran ga ada yang tau kalau gua agnostik. 

Sebelum sampai titik dimana gua menjadi seorang yang gajelas agnostik gitu, gua udah mempertanyakan banyak hal. Mungkin hidup yang menurut gua ga adil banget pas itu ngebuat gua jadi gitu kali ya. Gua beneran mempertanyakan eksistensi Tuhan itu sendiri. Gua mempertanyakan apakah surga dan neraka itu beneran ada? Gua mempertanyakan dimana letak keadialan Tuhan kalau beneran Tuhan itu sendiri ada? Kenapa dunia diciptakan dengan banyak hal rumit kaya gini? Kenapa ada orang yang menderita dan kenapa ada orang yang bahagia? Kenapa ada rasa sakit dan penderitaan? Dan satu lagi yang nggak ketinggalan, Kenapa ada banyak agama di dunia ini??? 

Gua berusaha menemukan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan gua sendiri. Sampai rasanya otak gua mau meledak saking banyaknya hal yang gak bisa gua rangkai. Ketika itu gua cuma berdoa, gua yakini kalau doa gua bakal sampai ke Tuhan yang paling benar, Tuhan yang paling Tuhan dan Tuhan yang sebenar-benarnya Tuhan. Gua minta ke Tuhan untuk menunjukkan mana yang paling benar dan mana yang paling baik. Gua percaya kalau Tuhan itu ada, gua percaya kalau Tuhan itu satu. Gua percaya, tapi dari sini pencarian gua dimulai. 

Untuk pertama kalinya, gua belajar agama lain selain Islam. Meskipun gua cuma baca dari literatur-literatur serta source dari internet, tapi niat gua waktu itu gua mau mencari kebenaran. Gua belajar beberapa hal dari Hindhu, Buddha dan Kristen. Kalau Kristen gua sempet baca-baca injil, gua juga sempet tanya-tanya ke temen gua tentang Kristen, pokoknya tentang agamanya lah. Kalaupun dosa, seenggaknya gua mau percaya ke Tuhan yang paling benar di agama yang paling benar. Dan gua waktu itu berdoa semoga Tuhan memaklumi gua. Gua cuma manusia yang butuh petunjuk supaya nggak tersesat. 

Setelah menjelajahi Hindhu, Buddha dan yaa gua cuma narik kesimpulan kalau sebenarnya, semua agama mengajarkan kebaikan, dan cinta kasih. Gua mau lanjut pencarian tentang agama yang bikin gua damai dan yaa masih belum nemu jawaban. Sempet mau lanjut ke Konghucu tapi gua mikir-mikir lagi, gua pernah punya pengalaman gak enak waktu gua bertamu ke klenteng di kota gua. Mungkin karena waktu itu gua berhijab, si penjaga klenteng kayak anti banget sama gua. Yaa Idk apa yang dipikirin sama si bapak itu, tapi pengalaman itu cukup buat gua kurang sreg aja sejak itu. Perasaan juga kalau diagama gua, katakanlah ada non muslim terus tertarik ke Islam, mereka pasti bakal senang hati njelasin dan ngenalin tentang Islam. Sayangnya, gua ga dapet hal itu di sini. 

Ngomong-ngomong tentang Islam, kenapa gua gak belajar dari awal tentang Islam? Kenapa gua gak belajar dari nol lagi? Padahal kan gua selama ini Islam, tapi gua kayak yang oh oke oke aja, tanpa pernah coba untuk seenggaknya sedikit curious. Oke, gua mutusin untuk kenalan sama agama gua saat itu! 

Gua mulai pesen buku-buku tentang dasar-dasar Islam. Buku pertama yang gua khatamin adalah "The Beautiful about Islam", aslinya lupa judulnya apa lol. Tapi buku-buku itu semua gua pesen dari arab langsung, dan baiknya si penerbit kasih buku-buku bonus karena gua nyantumin gua seorang pelajar dan gua butuh referensi. Gua bahkan dikasih alqur'an terjemahan dalam bahasa inggris. Wow! Gua disitu bener langsung kerasa adem, semua pertanyaan gua terjawab setelah baca-baca buku yang gua pesen. Gua mengerti kenapa ada Tuhan, gua mengerti kenapa ada hal yang nggak bisa kita jelaskan pakai logika, gua mengerti bahwa Islam adalah agama yang begitu damai, tapi sayang karena manusianya yang lupa dan alpa membuat Islam dipandang sebagai agama yang strict banget bagi sebagian orang.

Untuk pertama kalinya pula, gua sadar bahwa Allah Maha Luar Biasa. Setelah dengan segala pergolakan batin yang gua rasa, Tuhan mana yang bener dan doa yang gua panjatkan terkabul. Gua menemukan apa yang gua cari di Islam. Gua bisa merangkai sebab-sebab kenapa Islam mengatur kehidupan kita bahkan untuk hal-hal yang sepele. Sekali lagi, meskipun gua belum bisa menjadi seorang muslim yang baik, tapi gua akan terus tetap belajar. Dan pada akhirnya, gua kembali lagi ke Islam. Gua kembali lagi ke Allah, gua ngrasa berdosa banget kemarin-kemarin udah ngjudge Allah mulu. Gua ngrasa gob**k banget udah mempertanyakan hal-hal yang ngebuat gua jauh dari Allah. 

Dan sekarang, pencarian gua belumlah selesai. Gua udah percaya ke Islam, gua percaya Allah itu satu. Gua percaya Islam adalah agama yang damai dan penuh toleransi. Tapi, hidup di Indonesia membuat gua serba bingung. Bingung dengan masyarakat dan segala tingkah lakunya. As you know, di Indonesia sendiri buaanyak banget yang mendeklarasikan mereka Islam. Bahkan Islam menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia. Tapi, sesama Islam sendiri pun mereka masih saling sikut. Islam malah dijadikan hal yang dikotak-kotakkin di negara gua. Lucu emang, tapi ironis. 

Ada banyak mazhab di negara gua ini. Yaa, ga usah disebutin lah ya. Hal ini terus terang ngebuat gua gak nyaman sama kondisi di sini. Mereka yang katanya Islam, kok malah saling sikut? Kok malah merasa paling benar? Kok malah merasa paling tinggi derajatnya? Gua ragu, apakah agama bisa dijadikan bahan perdebatan kaya gini? "Lu kalau gak ngikut golongan ini brati salah " , "Lu kalau masuk situ brati ga jelas Islamnya" , "Lu masuk sini aja, udah di sini paling bener, yang di luar tu salah," hahaha. Gua tau sejak Rasulullah wafat, Islam banyak terpecah belah, ditambah lagi dengan sifat kesombongan dan kesotoyan manusia itu sendiri, Islam malah jadi campur aduk nggak karuan. 

Jujur, meskipun di zaman Rasulullah Islam banyak mendapat rintangan, tapi bukankah orang-orang yang hidup di zaman Rasulullah itu orang-orang yang beruntung? Meskipun mereka nggak kenal apa yang namanya internet, hp, televisi, virus corona, eh. Tapi, mereka beruntung bisa menjumpai Rasulullah langsung. Mereka belajar langsung dari Sang Utusan Allah. Beda jauh sama sekarang, meskipun sekarang serba enak, ada go-food, gojek, seblak, jaletot, WA, Facebook, IG, tapi itu semua kayaknya nggak bisa ditukar dengan nikmat bertemu dengan Rasulullah langsung itu sendiri. Meskipun sekali lagi, hidup di zaman Rasulullah itu berat dan penuh rintangan, tapi memangnya ada yang lebih indah dari belajar langsung bersama orang yang paling dicintai oleh Allah? Hehe. 

Pesan gua, buat yang selalu ngrasa paling benar, please stop saying that. You never know, because just God the most knowing. Please stop blaming each other, please ayok sama-sama saling toleransi. 

Gua selalu berdoa agar diberi petunjuk oleh Allah. Gua mau bertemu dengan Islam yang paling bener. Gua, mau hidup tanpa perlu takut cap dari orang-orang tentang segala macam pelabelan yang mereka beri ke gua. Bukankah kita bertanggung jawab atas diri masing-masing? So, maka itu semoga Allah kasih gua petunjuk dan selalu dalam limpahanNya. Aamiin. Karena pencarian ini, belum selesai. 



0 komentar