TALKING ABOUT ONLINE SCHOOL & EDUCATION

 

Jreengg...Jreeng.. So, sesibuk apa sih gue sampai ga bisa buka blog? Senggak bisa itukah? Well, the answer is yes. But, gais gue kadang ingin menyempatkan aktivitas blogging gue di sela-sela waktu belajar atau istirahat gue. But end-up dengan cuma baca postingan temen-temen blogger. Btw, I'm so happy dengan kembalinya Kak Eno. 

Back to the topic, kayaknya mulai ke depan intensitas gue menulis di blog bakal jauh lebih berkurang. HAHAHHA? APA? GAK SALAH LU? Iyeee.. bayangin aja, waktu belum back to school aja gue jarang blogging. Gimana ceritanya bisa lebih berkurang? Yang ada blog ini lama-lama bisa dimuseumkan! Hahaha, let's see! Lol 😂

Gue masih berusaha adaptasi dengan dunia perkuliahan. Sumpis, di minggu pertama gue rasanya pengin meledak! 💥 Dah online, ngantuk, capek duduk berjam-jam, dan satu lagi gue pikir dunia perkuliahan nggak bakal ngagetin banget-banget lah.. Oh my gosh, I'm totally wrong! Cari referensi sendiri, tugas yang luar biasa banyak, belum lagi ngadepin temen-temen yang yaaahh kadang bisa bikin senewen. Yang paling parah adalah ketika dosen seenaknya ganti jadwal kuliah dan malah tabrakan. I experienced once this week, and I couldn't say anything. 

Belum lagi tugas ospek yang kayak banjir bandang. Yes, gue mengeluh. Tapi yah kalau temen-temen lihat di twitter,  kampus gue sempat masuk trending hanya karena tugas ospek yang gila-gilaan. Di saat kampus lain dah selesai ospek dan mulai perkuliahan, kampus gue masih aja ospek dan masih aja nyelipin ospek-ospek tambahan di hari Sabtu dan Minggu. Kalau dihitung-hitung, hampir satu setengah bulan kalau ikut ospek di kampus gue. Semoga, ospek akhir September ini jadi ospek yang terakhir buat gue dan temen-temen angkatan. Ga ngerti lagi dah.

But anyway, minggu ini udah masuk ke minggu-4 dimana perkuliahan di mulai, which is udah satu bulan. Semua-semua serba online, pagi sampe malam kerjaannya mantengin laptop mulu. Capek? Pastinya. Tapi kalau refleksi ke titik di mana tahun lalu gue pengin banget masuk sekolah, gue rasa gue nggak pantas ngeluh sekarang. 

Harusnya gue bersyukur, bisa dapat kesempatan untuk sekolah. Dapat ilmu dan mengingat betapa mahalnya biaya pendidikan. Tadi siang, sewaktu mata kuliah Pengembangan Karakter dosen gue bilang bahwa pemerintah itu setidaknya mengeluarkan uang subsidi pendidikan untuk satu mahasiswa sarjana sebesar 72-92 juta. Ini belum termasuk biaya pendidikan yang dikeluarkan mandiri let's say UKT, SPI, etc. Kebayang kan gimana pemerintah sebenarnya udah berusaha banget untuk memajukan pendidikan negara ini?. Angka tadi terbilang guuedee banget karena gue belum bisa dapet duit segitu hahha.  Juga betapa gue sangat CINTA BELAJAR. Plis ini dah kayak Maudy Ayunda aja. Hahaha 😂. But seriously, segitu cintanya gue sama belajar. Kalau boleh, gue pengin bikin perpustakaan sendiri! Saking sukanya baca buku dan mikir.

Harusnya lagi, kesempatan yang ada di tangan gue saat ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Bagaimana pendidikan yang gue dapat tidak hanya menguntungkan bagi diri sendiri, tapi juga untuk keluarga, lingkungan sekitar, bahkan kalau bisa untuk negara. Mungkin terlihat hiperbola, tapi sesungguhnya tongkat estafet perjuangan bangsa ini siapa lagi yang pegang kalau bukan anak-anak mudanya? 

Sebelum menutup tulisan kali ini, gue sedikit banyak sadar akan ucapan dosen ada benarnya juga. Menjadi MAHAsiswa, itu artinya sebutan yang paling tinggi yang disandang oleh orang-orang yang berkesempatan duduk di Perguruan Tinggi. MAHAsiswa berarti maha belajar, maha kritis, maha rajin, dan maha-maha lainnya. Rasanya aneh, kalau MAHAsiswa tapi nggak suka belajar.

Have a nice day teman-teman!