It's Okay Not To Be Okay


Ini bukan judul drama Korea ya, hahaha. 😂 Gue juga nggak tahu kenapa malah mengusulkan tema ini untuk ODOP. Pas itu gue lagi baca buku "Loving The Wounded Soul" dan tiba-tiba kepikiran untuk mengusulkan tema yang berkaitan dengan emosi. Biar teman-teman sedikit lebih tahu, buku Loving The Wounded Soul ini menceritakan pengalaman pribadi seorang psikolog yang terkena depresi. Even seorang psikolog pun juga manusia biasa yang nggak luput dari masalah emosi. 

Loving The Wounded Soul by Regis Machdy


Tapi di tulisan kali ini, gue nggak akan review buku itu. Pertama gue bukanlah seorang pereview, dan gue nggak pernah mereview sebuah buku kecuali untuk tugas resensi di sekolah dan konten di podcast. Tapi dari buku itu gue bisa menangkap, bahwa emosi yang tidak dikendalikan secara sehat bisa berdampak pada kesehatan mental.
 
Dalam buku itu pula dijelaskan untuk bisa menerima dan mau mengakui ketika diri sedang tidak baik-baik saja. Contoh ketika sedang sedih, jangan malu untuk jujur pada diri sendiri bahwa kita sedang sedih. Ketika sedang marah juga sama, tidak apa-apa untuk mengakui bahwa kita sedang marah. Kebanyakan orang selalu menahan emosi, memendamnya hingga bertumpuk sampai pada waktunya tubuh tidak lagi sanggup menampung emosi negatif tersebut. It's totally bad. 

Penting menyalurkan segala bentuk emosi diri. Senang, sedih, kecewa, marah. Gue sendiri ketika sedang tidak baik-baik saja langsung menyadari bahwa ada yang sedang tidak beres di dalam diri gue. Gue udah list hal apa saja yang gue lakukan kalau mood ini sedang down dan acak-acakan. 

1. Crying (If Needed)

Kalau yang ini sih udah umum banget dalam kamus kehidupan gue. At least dalam sebulan biasanya gue ada aja gitu jadwal menangisnya. Tidak selalu karena hal-hal besar, gue bisa nangis hanya karena lihat berita child trafficking yang gue baca di laman internet. Nonton film atau drama atau buku dengan sad ending sekalipun. Jadi, untuk satu hal ini gue sih nggak ada beban untuk mengakuinya.

2. Watching YouTube

Setelah nangisnya reda, lantas gue akan mulai bergerilya di layar gadget gue dan mengexplore youtube untuk menonton apapun yang ada di sana. Usually, I watch my favorite channel. Gita Savitri Devi, Analisa Channel, Greatmind, Menjadi Manusia, Satu Persen, The School of Life, Psych2Go, TEDx Talks dan masih banyak lainnya. 

Hahaha🤣 Dari sini bisa ketebak kalau gue cenderung orang yang suka ketika ngomongin hal-hal yang dalam. 


Konsep Digital Minimalism yang sangat gue suka dari Marissa

Gue malah jarang banget nonton video komedi di youtube. Enggak tahu kenapa hahahah 😂. Tapi sih beberapa hari yang lalu gue sempat nonton komedinya Bintang Emon. Bagi gue, Bintang ini kreatif, lucu, unik, dan suka nyatire. 😂


Sebuah satire yang dibalut dengan jokes 😂

3. Daily Journal

Setelah puas menonton youtube, gue akan mengambil buku jurnal harian gue. Lalu tangan gue akan mulai menulis tentang apa saja yang terjadi di hari itu. Kenapa gue nggak mood, kenapa gue marah, kenapa gue terdistraksi dan segalanya yang bikin hati dan kepala mirip komidi putar.

Blog memang tempat gue berkeluh kesah, mencurahkan segala pemikiran gue, dan tempat menumpahkan unek-unek gue yang terekam dalam jejak digital. Tapi, gue tetap harus punya space dimana gue bisa teriak sepuas hati, mengumpat seenak jidat, dan menangis sedrama mungkin tanpa ketahuan oleh orang lain. Iya, semuanya ada di dalam buku jurnal harian gue. Biasanya juga di akhir tulisan akan gue sematkan kalimat " I love you so much" ke diri gue sendiri.


You guys, should watch this


Dan begitulah cara gue menangani diri sendiri ketika suasana hati sedang tidak karuan. Terimakasih yang sudah mau stay sama gue sejauh ini ya, hahaha. Masih ada besok lagi! Semangat! 🤣



12 komentar

  1. It's sangat sangat ok not to be okey!

    Sangat setuju! Kalau saya paling suka melampiaskannya dengan tidur. Setelah itu bangun, bisa berpikir secara jernih sekali.. ya walaupun seringnya pusing karena bangunnya kaget si :))

    Cuma emang kalau udah berkeluarga, harus pandai-pandai improvisasi untuk menenangkan diri untuk tidak meledak.. caranya dengan, di komunikasikan..

    ini sepertinya komen tercerdas yang saya buat dalam tahun ini :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Woaahhh aku beruntung dong berarti dapet komen tercerdas tahun ini dari Kak Andie, hehe 😂

      Setuju Kak Andie, dimana-mana komunikasi selalu penting. Oke siap deh Kak, bisa aku praktikkan nanti kalau sudah ada pasangan kelak 🤣

      Thank you so much Kak Andie 😊

      Delete
  2. Aku aku, aku juga bisa nangis kalo nonton film, even ceritanya happy ending pun ada bagian yg aku nangisnya eh bukan bisa lagi, malahan hampir pasti nangis. Ato kalo lagi di bioskop, aku tahan sekuat tenaga 🤣🤣 malu kalau pas lampu nyala, air mataku beleberan. Ga enak aja diliat org. Aku kan pemalu 🤪

    Aku pun setuju tuh, mending jangan mendem. Utarain ajaa. Mao itu di tulisan ato ke orang. Yang penting ga ditahan sendirian haha
    Ntr kaya bom waktu. Ditumpuk terus lama2 meledak dan hancurnya banyakkk

    Baca tulisanmu kebawa hangat deh
    Makasih ya Syifa sharingnya 🥰

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya deh malu juga kalo pas diliat banyak orang 🤣 Aku sendiri kalau mau nangis langsung cari toilet loh Kak Friska. Biar habis nangis bisa langsung cuci muka dan mata hahaha 🤣 Meski bekas sembabnya nggak dipungkiri masih ada. 🤣 Buat mending-mending lah 🤣

      Bener banget Kak Friska, kita harus sadar betapa pentingnya memanage emosi diri sendiri supaya nggak kebablasan.

      Terimakasih kembali untuk Kak Friska yang sudah mau baca 😍💕

      Delete
    2. Hahaha iya langsung cari toilet kalo lg di publik biar bisa basuh muka yaaa. Terus jadi bisa alasan knp basah karena habis cuci muka 😆

      Delete
    3. Bettull ih Kak Friska! 🤣 Biar nggak kelatan kusut banget itu muka. Hahaha 🤣

      Delete
  3. Kesulitan terbesar memang untuk mengendalikan emosi. Bagaimana bisa sedih, tapi secukupnya saja. Marah tapi secukupnya. Bahagia juga secukupnya. Sehingga tidak ada emosi yang berlebihan baik itu saat senang maupun sedih.

    Gara-gara rekomendasi video terakhir dari School of Life, saya jadi nonton semalam. Ternyata manusia punya aspek untuk bisa jadi teman untuk diri sendiri. Saya takutnya ini jadi teather of mind di kepalanya, terus jadi macam karakter utama dalam film Fight Club. Ha ha ha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harus dilatih Kak Rahul, sedikit-sedikit. Idk why, tapi kalo nggak balance atau timpang rasanya seperti aneh saja. 🤣

      Delete
  4. Syifa, nangisnya ada jadwalnya ya sebulan sekali hahaha 🤣. Baik menangis atau menulis jurnal, keduanya beneran helping banget sih. Kalau lagi badmood dan bisa disalurkan keluar tuh, rasanya legaaa banget ya 😂
    Aku kadang kalau nggak tahan saking penuhnya, nangis juga salah satu caraku melampiaskan, terus nanti abis nangis jadi ngantuk 🤣 terus tidur dan begitu bangun langsung nyaman rasanya 😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget Kak Lia. That's so helping me a lot. Like lega banget ya Kak Lia, kalau bisa throw our negative emotions.

      Hahaha, aku juga gitu Kak Lia. Kalau kecapekan nangis ujungnya tidur sendiri. Hahahah 🤣 Terdabest rasanya 🤭

      Delete
  5. Kita sama nih setiap bulan ada jadwal nangisnya wkwkwk. Aku pasti kalo PMS bawaannya mellow luar biasa, segala hal bisa dibawa nangis 😂😂

    Dan setuju, kadang nangis itu jadi salah satu hal yang justru bisa naikin mood kembali ke awal karena dengan nangis, kita seakan meluapkan apa yang bikin mood kita down yaa?

    Jurnaling jugaa.. Abis nulisin perasaan kita, biasanya jadi lebih lega juga 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh kalo PMS mah jangan ditanya lagi Kak Eya! Hihihi, udah jadi rahasia umum lagi tuh Kak, hahaha 🤣

      Betul banget! Ibaratnya dengan nangis, kita seakan lagi ngebuang toxic-toxic yang ada dalam tubuh kita. Hahahha 🤣 Jadinya ya clear gitu wk 🤣

      Jurnaling seperti itu bisa dijadikan terapi sepertinya Kak Eya.

      Delete